IMPLEMENTASI SEMANGAT GUYUB MUSYAWARAH DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
IMPLEMENTASI SEMANGAT GUYUB MUSYAWARAH
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MPU TANTULAR
Santiamer Silalahi
Letak Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) berada di antara dua benua yang menghubungkan dua samudera membuat posisi Indonesia sangat strategis dalam peta perpolitikan dan perekonomian global. Sumber kekayaan alam yang melimpah menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa lain untuk menguasai Indonesia dengan berbagai cara.
Indonesia yang dijuluki negara bahari terluas di dunia memiliki 17.499 pulau. Dihuni 740 an suku dengan latar belakang bahasa, agama, adat dan budaya yang berbeda-beda. Keaneka ragaman ini merupakan kekayaan dan keunikan tersendiri bagi Indonesia. Bersyukurlah seluruh rakyat Indonesia kepada Allah Semesta alam yang menganugerahi Indonesia posisi strategis di dunia serta kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan keanekargaman suku, agama dan adat budaya.
Sungguhpun demikian, sejarah telah membuktikan, bahwa setiap bangsa dan negara yang tidak mampu mengelola modal politik, sosial, ekonomi, sumber kekayaan alam, serta adat dan budaya untuk kesejahteraan rakyatnya akan membuat negara tersebut terpecah belah dan terjajah. Sejarah penjajahan Indonesia oleh Belanda dengan politik devide et impera selama 3,5 abad dan Jepang 3,5 tahun lamanya telah membuktikannya.
Belajar dari sejarah perjuangan suku-suku dan kerajaan-kerajaan di nusantara serta perjuangan kemerdekaan Indonesia, maka diawali dengan perjuangan Boedi Utomo tahun 1908 membangkitkan kesadaran Kebangsaan yaitu sebagai suatu bangsa yang senasib dan sepenanggungan, dilanjutkan dengan semangat Persatuan dan Kesatuan yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 oleh pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda baik suku, agama, budaya, bahasa, dan wilayah. Nilai-nilai Kebangsaan dan semangat Persatuan itulah yang membakar semangat para pejuang perintis kemerdekaan dan rakyat Indonesia untuk melanjutkan perjuangannya dan pada akhirnya Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Indonesia yang masih seumur jagung sudah harus berhadapan dengan rongrongan yang bersifat fisik dan ideologi. Keserakahan Belanda untuk kembali menguasai Indonesa dengan membonceng NICA membombardir Indonesia. Pemimpin dan rakyat Indonesia berhasil mengusir Belanda dengan persenjataaan seadanya serta semboyan “Lebih baik mati daripada dijajah kembali”. Rongrongan terhadap NKRI berlanjut terus. Pemberontakan karena ingin memisahkan diri dari NKRI, pemberontakan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain berlanjut terus. Puncaknya adalah pemberontakan PKI pada tahun 1965. Semua upaya pemborantakan itu dapat digagalkan oleh semangat kebangsaan pemimpin dan rakyat Indonesia. Harus diakui masih ada social latent conflict yang sewaktu-waktu dapat muncul kepermukaan mengancam tetap tegaknya NKRI serta utuhnya jatidiri bangsa Indonesia.
Kini, dunia sedang berubah dan akan terus berubah. Perubahan adalah satu-satunya yang pasti di era ketidak pastian (uncertainity) sekarang dan di masa mendatang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digital. Saat ini, dapat kita saksikan bersama bahwa sedang terjadi pergeseran paradigma global yaitu pergeseran pusat kekuatan global (Global center of gravity) dari Barat (West) ke Timur (East), yang dikenal dengan era Asia pasifik. Pergeseran paradigma juga terjadi seiring dengan pandemi Covid-19.
Proses globalisasi terus berjalan (never ending process) dan gelombang globalisasi ini sudah memasuki gelombang ke-5. Gelombang pertama adalah dimana tuan tanah sebagai penguasa; Gelombang kedua, pemilik Industri sebagai penguasa; Gelombang ketiga, negara sebagai penguasa; Gelombang keempat, pemilik teknologi digital sebagai penguasa; Dan gelombang kelima semaki masifnya penggunaan Artificial Intelligence (AI).
Perubahan-perubahan tersebut telah mengakibatkan bentuk dan sifat ancaman terhadap Indonesia bermutasi. Ancaman yang bersifat militer berubah menjadi ancaman non-militer. Ancaman non-militer bersifat subtil tetapi mengakibatkan kehancuran yang tidak kalah mengerikan dengan kehancuran akibat serangan militer dengan penggunaan senjata NUBIKA (Nuklir, Biologi, dan Kimia).
Pengalaman bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di masa lalu dan dihadapkan dengan mutasi ancaman karena perubahan global dengan segala paradigmanya mengajarkan kepada kita, bahwa meresponnya dengan cepat dan tepat tidak cukup memadai lagi jika hanya mengandalkan cara-cara tradisional. Harus ada modernisasi alat-alat utama sistem pertahanan negara dan pada saat yang bersamaan mengimplementasikan paradigma nasional atau nilai-nilai kebangsaan Indonesia.
Nilai-nilai kebangsaan Indonesia bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Esensi nilai-nilai yang bersumber dari Pancasila terdiri dari nilai Religius; Kekeluargaan; Keselarasan; Kerakyatan; dan Keadilan. Sedangkan yang berasal dari UUD NRI Tahun 1945 terdiri dari nilai Demokrasi; Kesamaan Derajat; Dan Ketaatan Hukum. Berasal dari NKRI tediri dari nilai Kesatuan Wilayah; Persatuan Bangsa; dan Kemadirian. Berasal dari Bhinneka Tunggal Ika terdiri dari nilai Toleransi; Keadilan; Dan Gotong Royong.
Implementasi nilai-nilai guyub / kebangsaan akan berhasil meningkatkan kwalitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara jika didasarkan pada pemahaman holistik dan integralistik terhadap perkembangan dan pengaruh lingkungan strategis (Lingstra),Wawasan Nusantara (Wasantara), Ketahanan Nasional (Tannas), Kewaspadaan Nasional (Wasnas) dibawah komando Kepemimpinan Nasional Indonesia.
DAFTAR BACAAN
1. Letjen TNI (Pur.) Agus Widjojo. Makalah Pengantar Pimpinan kepada Peserta Taplai Se-cara Virtual Angkatan IV.
2. Ir. Edi Permadi. Makalah Sumber Kekayaan Alam Sebagai Penopang Kemandirian Bangsa.
3. DR. H. Anhar Gongong. Makalah Nilai-Nilai Membangsa-Negara.
4. Laksda TNI (Purn.) Robert Mangindaan. Makalah Perkembangan Lingkungan Strategis.
5. Laksda TNI (Purn.) Dicky Yunianto. Makalah Implementasi Kewaspadaan Nasional dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
6. Mayjen TNI (Purn.) Dr. I Gusti Putu Buana, S.UP.,M.Sc. Makalah Implementasi Kewaspada an Nasional dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
7. Mayjen TNI (Purn.) M. Nasir Madjid. Makalah Implementasi Ketahanan Nasional dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
8. Mayjen TNI Juwundo, Makalah Implementasi Kepemimpinan Nasional dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
9. Drs. Edijan Tanjung, M.Si. Makalah Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari Pancasila.
10. Irjen Pol (Purn.) Drs. Harwiyanto, S.H., M.M., M.Hum. Makalah Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari UUD NRI Tahun 1945.
11. Prof. Dr. Njaju Jenny M.T. Makalah Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari Sesanthi Bhinneka Tunggal Ika.
12. Laksda TNI Prasetya Nugraha, S.T., M.Sc. Makalah Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari NKRI.
Comments
Post a Comment