ANALISA FILM GOWOK KAMASUTRA JAWA
Santiamer Silalahi
Nim : 243300020039
Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular
Sinopsis dan Pemeran Film Gowok: Kamasutra Jawa
A. Latar belakang sejarah
Film Gowok Kamasutra Jawa mengangkat tema tradisi gowok dalam budaya Jawa, yaitu perempuan yang mengajarkan pendidikan seksual dan rumah tangga kepada pemuda sebelum pernikahan. Dalam konteks budaya Jawa, "gowok" merujuk pada seorang perempuan yang berperan dalam memberikan pendidikan seks kepada laki-laki muda atau calon pengantin pria, khususnya dalam konteks persiapan pernikahan.
Profesi Gowok berasal dari kunjungan Laksamana Cheng Ho yang membawa perempuan Tiongkok bernama Goo Wook Niang untuk mengajarkan ilmu pendidikan seks kepada bangsawan Jawa. Laksamana Cheng Ho seorang kasim Tiongkok dari suku Hui beragama Isalam mazhab Hanafi. Pertama Sekali datang ke dan berada di Pulau Jawa pada tahun 1405 hingga 1415. Tidak ada fakta sejarah yang menunjukkan latar belakang motivasi Laksamana Cheng Ho memperkenalkan budaya Gowok kepada kerajaan Majapahit.
Kerajaan yang berkuasa ketika itu adalah Majapahit yang dipimpin oleh raja Wikramawardhana. Agama kerajaan Majapahit adalah Siwa-Budha. Baik agama Islam mazhab Hanafi maupun Siwa-Budha memiliki kesamaan dalam hal garis keturunan, yaitu mengikuti garis keturunan ayah atau patrilineal tetapi tidak sepenuhnya patriarkhat. Pandangan laki-laki terhadap perempuan juga memiliki kesamaan dalam kedua agama yang berbeda itu, yaitu perempuan memiliki peran penting dalam politik dan pemerintahan.
B. Analisa
Berdasarkan latar belakang sejarah sebagaimana dikemukakan di atas, ternyata telah terjadi penyebaran kebudayaan Penetration pasifigue atau penyebaran kebudayaan secara damai yaitu bentuk difusi budaya yang tidak disertai paksaan di kerajaan Majapahit. Ha ini dubuktikan dari penerimaan kerajaan atas Laksamana Cheng Ho yang membawa perempuan Tiongkok bernama Goo Wook Niang untuk mengajarkan ilmu pendidikan seks kepada bangsawan Jawa.
Walaupun laki-laki-termasuk keturunan bangsawan-dipengaruhi oleh budaya dan struktur sosial feodal kerajaan, Kamanjaya sang putra bangsawan tidak segan-segan mempersilahkan Gowok Ratih duduk setara dengannya. Karena etika bangsawan saat itu, Ratih menolaknya, tetapi karena didesak terus, akhirnya Ratih mau duduk di kursi. Peristiwa ini mengajarkan kepada kita, bahwa etika dapat lumer ketika berhadapan dengan kasih sayang (dalam film ini, cinta) yang lebih besar.
Film ini menggambarkan, bahwa perubahan sosial tidak terjadi secara besar-besaran. Oleh karena itu dapat dimaklumi, bahwa profesi gowok tidak berkelanjutan. Tradisi ini pernah hidup di wilayah Banyumas dan sekitarnya, di mana owok akan memberikan pelatihan mengenai seksualitas, termasuk cara memuaskan pasangan dan memahami tubuh perempuan. Profesi gowok terakhir berlangsung di Jawa antara tahun 1930-an hingga 1960-an dan mulai menghilang setelah tahun 1965 seiring dengan pelarangannya karena dianggap menyalahi aturan agama dan disalahgunakan, serta adanya unsur politik saat itu. Untuk diketahui, bawa sejak tahun 1930-an, aliran agama Islam yang dominan di Indonesia bukan aliran Hanafi, tetapi Ahlussunnah wal-jama'ah, yang juga dikenal sebagai Sunni. Aliran ini menjadi mayoritas di kalangan umat Islam Indonesia hingga sekarang serta diajarkan secara luas di pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya.
PERNANAN PENELITIAN ETNOGRAFI BAGI PEMBANGUNAN
KHUSUSNYA PADA ASPEK MATA PENCAHARIAN
Santiamer Silalahi
Nim : 243300020039
Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular
Mata Kuliah Antropologi
Dosen Pengampu : Serepina Tiur Maida, S.sos., M.Pd., M.Ikom
----------------------------------
A. Pendahuluan
Berbicara tentang etnografi berarti tidak terlepas dari ruang lingkup kehidupan manusia yang berkaitan dengan budaya dan interakasi sosial yaitu pola perilaku, sistem sosial, kepercayaan, bahasa, seni, dan Teknologi yang dipergunakan oleh sekelomok masyarakat.
Dalam pembahasan berikut, penulis membatasi diri pada ruang lingkup peranan penelitian etnografi bagi pembangunan khususnya pada aspek mata pencaharian.
Etnografi adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami, mendeskripsikan, dan menganalisis budaya suatu kelompok masyarakat atau komunitas tertentu. Sungguhpun beberapa ahli yang memberikan defenisi etnografi dengan kalimat yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan dalam hal jenis kegiatan yaitu berupa penelitian terhadap objek yang sama seperti sistem kekerabatan dan organisasi sosial, Ekonomi, politik dan hukum, kepercayaan dan agama, bahasa dan ekonomi, serta seni dan ekspressi budaya dengan tujuan yang sama (Kentjaraningrat, 1984).
Pembangunan pada aspek mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau komunitas merupakan bagian dari tugas utama Negara Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan alinea ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar NRI 1945, yaitu : “Mengusahakan kesejahteraan umum. Secara umum kesejahteraan adalah tercukupinya kebutuhan dasar, aman, sehat, dan terlindungi dari berbagai ancaman. Menurut Lemhannas RI, dalam masyarakat Indonesia, kondisi sejahtera itu diartikan hidup aman dan bahagia karena semua kebutuhan dasar dapat terpenuhi, seperti makanan yang cukup, gizi, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, pendapatan yang layak, dan perlindungan (Perpustakaan Lemhannas RI).
Jenis mata pencaharian suatu kelompok masyarakat tentulah berbeda-beda baik jenis pekerjaan yang digeluti maupun pelakunya. Secara umum jenis pekerjaan yang digeluti ada bidang pertanian/peternakan/perikanan, industri, perdagangan bahkan ada yang menjadi pekerja atau pengusaha. Sedangkan pelakunya ada bersifat perseorangan, kelompok seperti koperasi, Badan Usaha Milik Desa, serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau UMKM. Penyusunan program pembangunan yang akan berhasil meningkatkan mata pencaharian suatu kelompok masyarakat, maka ketersediaan data-data lapangan yang valid, akurat, dan tepat waktu adalah keniscayaan. Berdasarkan data-data yang valid dan akurat itulah pembijakasana akan mampu menyusun program kerja yang rasional, workable serta strategi pelaksanaan yang tepat.
Info Publik- Tenun Ulos Silalahi
B. Jenis-Jenis Penelitian Etnografi
Tujuan dari etnografi adalah untuk menemukan esensi dan kompleksitas budaya yang dapat menggambarkan sebuah komunitas. Budaya yang dimaksud adalah sikap, pengetahuan, nilai, dan keyakinan yang membentuk individu dalam kelompok. Sementara itu penelitian etnografi adalah jenis penelitian yang mengkaji pola budaya dan perspektif partisipan dalam latar alamiah. Dalam lingkup ilmu sosial, para peneliti biasanya menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Di antara dua metode penelitian tersebut, metode kuantitatif merupakan metode yang lebih banyak digunakan, dibandingkan dengan metode kualitatif. Dengan kata lain, metode penelitian kuantitatif lebih populer dibandingkan dengan metode penelitian kualitatif. Namun demikian dalam hal etnografi penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif mengalami keterbatasan dalam menjangkau permasalahan yang diteliti. karena metode kuantitatif menekankan pada hipotesis-deduktif. Dengan keterbatasan tersebut, diperlukan adanya metode alternatif yang bisa menjawab pertanyaan-pernyataan yang tidak bisa dijawab dengan metode penelitian kuantitatif. Metode tersebut adalah metode kualitatif (Chua, 1986).
Ada perbedaan mendasar antara metode kulaitatif dengan metode kuantitatif. Menurut Mc Cusker, K., & Gunaydin, S. (2015), metode kualitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang “apa (what)”, “bagaimana (how)”, atau “mengapa (why)” atas suatu fenomena, sedangkan metode kuantitatif menjawab pertanyaan “berapa banyak (how many, how much)”. Sementara itu, Tailor (sebagaimana dikutip dalam tulisan Basri, 2014) mengemukakan perbedaan penelitian dengan pendekatan metode kualitatif dan pendekatan metode kuantitatif, antara lain sebagai berikut:
No |
Kuantitatif |
Kualitatif |
1 |
Sampel yang memadai, berdasarkan teori “central limit theorem” (data dianggap terdirstibusi normal). |
Sampel sedikit, tidak mewakili populasi dan idiosinkratis, yaitu unik dan bersifat individual. |
2 |
Kajian pustaka pada awal studi. |
Kajian pustaka pada akhir studi. |
3 |
Data dikumpulkan melalui instrumen yang berdasarkan variabel yang telah ditentukan. |
Menekankan pada pengorganisasian, pengkoordinasian, dan mensintesa jumlah data yang banyak. |
4 |
Kontrol yang objektif atas bias replikasi dan reliabel. |
Bersifat subjektif atas data individual dan muatan nilai. |
5 |
Besifat deduktif. |
Bersifat induktif |
6 |
Menguji teori |
Mengembangkan teori |
7 |
Mengambil kesimpulan berdasarkan orientasi output data |
Mengembangkan nilai dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data, dengan berorientasi pada proses |
8 |
Penjelasan didapat dari interpretasi data-data numerik |
Komplek dan pengalaman yang kaya (berisi), terlepas dari data-data numerik |
9 |
Reliabilitas dan validitas diketahui |
Reliabilitas dan validitas tidak diketahui |
10 |
Perangkat pengukuran yang standar |
Perangkat pengukuran tidak standar |
11 |
Intervensi, tidak ada keterlibatan partisipan |
Keterlibatan partisipan |
12 |
Mengikuti metode ilmiah dengan menggunakan HO + HA untuk menerima, menolak, membuktikan, atau tidak menerima hipotesis. |
Tidak mengikuti langkah-langkah metode ilmiah, mencari makna dan substansi. |
13 |
Data numerik |
Data naratif – kata-kata untuk menggambarkan kompleksitas |
14 |
Menggunakan berbagai macam variasi intrumen |
Pada prinsipnya menggunakan observasi dan interview |
15 |
Dengan asumsi realitas yang stabil (statis) |
Dengan asumsi realitas yang dinamis |
16 |
Berorientasi pada verifikasi |
Berorientasi pada penemuan |
17 |
Menganalisis realitas sosial melalui variabel |
Melaksanakan observasi holistik dari total kontek dalam kejadian-kejadian sosial |
18 |
Menggunakan metode statistik untuk menganalisis data |
Menggunakan analisis induksi untuk menganalisis data |
19 |
Mempelajari populasi atau sampel yang merepresentasikan populasi |
Studi kasus |
C. Kwalifikasi peneliti Kualitatif
Penelitian kualitatif tidak hanya untuk memenuhi keinginan peneliti untuk mendapatkan gambaran/penjelasan, tetapi juga membantu untuk mendapatkan penjelasan yang lebih dalam (Sofaer, 1999). Kualitatif mendorong pemahaman atas substansi dari suatu peristiwa. Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai terkait permasalahan yang akan ditelitinya. Creswell (2007, p. 45-47) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang baik, antara lain:
a. peneliti menggunakan prosedur mendapatkan data yang tepat.
b. Peneliti membatasi penelitian di dalam asumsi dan karakteristik dari pendekatan kualitatif.
c. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya.
d. Peneliti memulai penelitian dengan satu fokus.
e. Penelitian berisi metode yang rinci, pendekatan yang tepat dalam pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan.
f. Peneliti menganalisis data menggunakan pemisahan analisis dalam beberapa level.
g. Peneliti menulis secara persuasif, sehingga pembaca dapat merasakan pengalaman yang sama.
Langkah awal melakukan penelitian kualitatif adanya ide yang dikonkritkan dengan mengemukakan pertanyaan penelitian (research questions). Pertanyaan penelitian tersebut penting Sekali, karena ia nantinya yang akan menentukan metode pengumpulan data dan bagaimana menganalisisnya. Metode kualitatif bersifat dinamis, artinya selalu terbuka untuk adanya perubahan, penambahan, dan penggantian selama proses analisisnya (Srivastava, A. & Thomson, S.B., 2009).
D. Ragam Metode Pengumpulan Dan Permasalahan Analisis Data
Gill et. al.
(2008) mengemukakan terdapat beberapa macam metode pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif,
yaitu : O Metode yang paling popular dan disukai peneliti adalah observasi,
analisis visual, studi pustaka, dan interview (individual atau grup). Namun
demikian, yang paling populer adalah
menggunakan metode interview dan focus group discussion (FGD).
Selanjutnya data yang berhasil dikumpulkan, dianalisis untuk dapat memahami dan
mendapatkan kesimpulan dalam penelitian tersebut.
Ada empat permasalahan yang dijumpai dalam menganalisis data (Li & Seal, 2007), yaitu:
a. not knowing where to begin analyzing a large amount of material or how to relate research questions to data.
b. ambiguous definition of coding categories
c. reporting or recording of data, often involving the omission of line numbers in transcripts or the names of speakers.
d. inaccurate or overinterpretation of data.
Guna mengantisipasi permasalahan dalam analisis data, Li & Seal (2007) memberikan lima strategi yaitu:
a. connecting, was characterized by the need to establish a rigorous and valid connection between statements made by the researcher and the actual data.
b. Separating, was characterized by the need to separate participants’ categories (emic analysis) from researchers categories (etic analysis) and from the views of other authors.
c. Contrasting, was characterized by advice on adopting a systematic approach to identify regular features or differences across settings.
d. Quantifying, was characterized by advice about counting or establishing the size of selection of data needed to sustain arguments.
e. Deleting, was charactized by advice to get rid of irrelevant materials.
E. Jenis Data untuk penelitian Kualitatif tentang Mata Pencaharian Kelompok Masyarakat
Jenis kegiatan yang diperlukan daalam melakukan penelitian tentang mata pencaharian suatu kelompok masyarakat meliputi: wawancara, observasi partisipan, analisis dokumen, dan studi kasus dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Penelitian kualitatif fokus pada pemahaman mendalam tentang pengalaman, perspektif, dan makna yang terkait dengan mata pencaharian, bukan hanya angka atau statistik. Perlu juga dilakukan studi kasus individu maupun kelompok yang berfokus pada mata pencaharian mereka sehari-hari.
Penelitian kualitatif sering menggunakan triangulasi, yaitu menggabungkan berbagai jenis data dan metode untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang suatu fenomena, dalam hal ini mata pencaharian.
Contoh Implementasi :
1. Penelitian tentang mata pencaharian petani di suatu desa mungkin melibatkan wawancara dengan petani, observasi di sawah, analisis dokumen terkait kebijakan pertanian, dan studi kasus tentang keberhasilan atau kegagalan petani tertentu.
- Penelitian tentang mata pencaharian nelayan mungkin melibatkan wawancara dengan nelayan, observasi di pelabuhan, analisis dokumen terkait peraturan perikanan, dan studi kasus tentang dampak perubahan iklim terhadap mata pencaharian nelayan.
Metode kualitatif merupakan metode yang biasa dipilih dalam etnografi, karena ia fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih komprehensif seperti pembangunan khususnya pada aspek mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau komunitas tertentu.
Baik pendekatan metode penelitian (kuantitatif dan kualitatif) memiliki keunggulan masing- masing. Oleh karena itu, pemilihan metode penelitian juga tergantung pada fenomena yang ingin diteliti.
-------------------------
Daftar Bacaan :
Chua, W.F. (1986). Radical Developments in Accounting Thought. The Accounting Review, Vol. 61, No. 4 (Oct., 1986), pp. 601-632.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative inquiry & research design choosing among five approaches. Second Edition. Sage Publications – California.
Dorodjatun Kuntjor-Jakti, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Penerbit Jembatan 1984., Cet ke-9.
Gill, P., Stewart, K., Treasure, E., & Chadwick, B. (2008). Methods of data collection in qualitative research: interviews and focus groups. British Dental Journal Volume 204 No.6. DOI: 10.1038/bgj.2008.192.
Li, S., & Seale, C. (2007). Learning to do qualitative data analysis: An observational study of doctoral work. Qualitative Health Research, 17, 1442–1452. https://doi.org/10.1177/ 1049732307306924
Mc Cusker, K., & Gunaydin, S. (2015). Research using qualitative, quantitative or mixed methods and choice based on the research. Perfusion. DOI: 10.1177/0267659114559116
Sofaer, S. (1999). Qualitative methods: what are they and why use them?. Health Services Research 34:4 Part II (December 1999).
Srivastava, A. & Thomson, S.B. (2009). Framework analysis: a qualitative methodology for applied policy research. JOAAG, Vol.4. No.2
https://tirto.id/bentuk-bentuk-penelitian-etnografi-dan-metode-pengumpulan-datanya-giB7
Comments
Post a Comment